Xi Jinping Melunak, Raksasa Diversion China Lega
1 min read

Xi Jinping Melunak, Raksasa Diversion China Lega

Rancangan regulasi yang mengatur tentang pembatasan amusement online, mendadak dihapus dari situs resmi Pemerintah China. Sebelumnya, Pemerintah China di bawah komando Xi Jinping sedang membuat rancangan mengenai peraturan yang mengatur diversion online secara ketat.

Draft dari regulasi tersebut Epictoto tidak lagi dapat diakses di laman National Press and Distribution Organization (NPPA) atau Reputation Division of the Communist Party of China (CPCPD) yang merupakan laman publikasi resmi Pemerintahan China, Selasa (23/01/2024).

Momen ini juga sangat berpengaruh pada beberapa perusahaan amusement asal China dimana dihapusnya draft regulasi diversion online dari NPPA membuat beberapa saham perusahaan diversion besar seperti Tencent Property dan NetEase naik, seperti dilansir dari Reuters.

Sebelumnya, ketika draft regulasi diversion itu muncul beberapa waktu lalu, terjadi kepanikan di kalangan speculator. Hal ini menyebabkan terhapusnya USD 80 miliar atau sekitar Rp 1.253 triliun dari pasar perusahaan amusement terbesar tersebut.

Dalam regulasi yang sedang dirancang Pemerintah China sebelumnya, fokus yang diusung adalah pembatasan waktu bermain diversion dan belanja dalam amusement online. Pemberian hadiah dari pihak amusement online ke pemain juga dibatasi dalam regulasi tersebut.

Pemerintah China juga sempat membuka usulan dan masukan dari masyarakat sampai 22 Januari 2024 kemarin. Dalam periode usulan tersebut, gejolak penolakan timbul terutama dari para perusahaan amusement asal China.

Xiaoyue Hu, seorang analis di Haitong Securities memperkirakan bahwa alasan penghapusan draft regulasi dari NPPA sebagai hasil dari peninjauan dan perubahan lebih lanjut dalam draft yang ada. Walau begitu, NPPA belum memberi tanggapan atas alasan penghapusan.

Diketahui, pada awal Januari, China juga memecat seorang pejabat pengawas amusement online dari jabatannya.Di sisi lain, para analis mengatakan sektor ini masih diliputi ketidakpastian mengenai apa yang mungkin dilakukan pemerintah selanjutnya.

“Saya pikir sentimen seperti ini mungkin akan bertahan cukup lama, kecuali kita mendapatkan perubahan drastis dalam retorika pemerintah,” kata Ivan Su, analis senior di Morningstar.