Perpres Perlindungan Anak dari Game Online Dikebut, Ini Bocorannya
2 mins read

Perpres Perlindungan Anak dari Game Online Dikebut, Ini Bocorannya

Solo – Pengaruh game online disebut berimbas pada TVTOGEL maraknya tindak kriminalitas seperti kekerasan, pornografi, pelecehan seksual, dan perundungan oleh anak-anak di bawah umur. Berkaitan dengan itu, pemerintah kini tengah merampungkan peraturan presiden (Perpres) tentang perlindungan anak dari game online.

“Progress-nya sudah harmonisasi antara kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah. Sehingga tugas dan fungsi serta kewenanganannya tidak timpang tindih. Insyaallah tahun ini ditargetkan rampung,” kata Deputi Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) Nahar kepada wartawan, Rabu (17/4/2024), dikutip dari detikNews.

Nahar mengatakan, pemerintah akan terus mengawasi konten atau game online yang mengandung kekerasan dan dapat mempengaruhi perilaku anak-anak. Menurut dia, game yang mengandung kekerasan membawa dampak buruk pada perkembangan mental dan perilaku anak dan remaja.

Berikut jawaban Nahar saat ditanya apakah ada kemungkinan Kementerian PPPA merekomendasikan game online seperti Free Fire diblokir.

“Pengaruhnya banyak dan sangat kompleks. Risiko yang dihadapi termasuk konten, perilaku, kontak fisik, perilaku konsumen. Konten-konten tidak sesuai dengan rating usia anak-anak. Ini (Free Fire) yang harusnya diperketat dan diawasi. Risiko-risiko dari perkembangan perilaku yang dapat membahayakan dan mempengaruhi anak-anak,” ujar Nahar.

psikolog Stenny Prawitasari menyebut game Free Fire berisiko memengaruhi kesehatan mental dan emosional anak-anak.

“Game seperti Free Fire mengandung adegan kekerasan yang intens, termasuk pertempuran dan penggunaan senjata. Bermain game semacam ini secara berulang dapat membuat anak-anak menjadi desensitisasi terhadap kekerasan, di mana mereka mungkin menjadi kurang peka terhadap konsekuensi nyata dari tindakan kekerasan,” jelasnya.

Stenny menjelaskan, ada beberapa penelitian yang menunjukkan korelasi antara bermain game dan peningkatan agresi pada anak-anak.

Dalam lingkungan yang kompetitif seperti game bergenre battle royale, Stenny berujar, anak-anak lebih rentan terhadap perilaku agresif seperti berkata kasar atau mengekspresikan kemarahan saat kalah dalam permainan. Ini juga dapat menyebabkan keterlambatan dalam perkembangan keterampilan sosial dan kemampuan berkomunikasi anak-anak.

Menurut Stenny, pemerintah perlu memberi perhatian yang lebih serius terhadap permasalahan dampak game online pada anak-anak. Dia bilang dibutuhkan upaya untuk memperketat regulasi dan aturan yang mengatur penggunaan game online, khususnya bagi anak-anak.

Stenny menambahkan, regulasi juga bertujuan pda kesehatan mental dan emosional anak-anak. Pembatasan akses dan pengawasan terhadap konten game yang mengandung kekerasan dan tidak sesuai dengan usia anak perlu diperkuat untuk melindungi generasi mendatang dari potensi dampak negatif.